Saya tertarik untuk mengulas sedikit tentang scenario planning, karena dengan memahami dan membuat suatu skenario, kita dapat dengan mudah untuk membuat suatu strategi yang jitu. Awalnya, scenario planningmemang digunakan oleh militer, akan tetapi di dalam perkembangannya, ilmu ini dipakai dalam segala bidang. Seandainya ilmu ini betul-betul diterapkan di Indonesia, saya berkeyakinan bahwa kita akan menjadi negara yang kuat, karena kita dapat mencegah terjadinya skenario buruk dengan strategi-strategi yang jitu.
Dasar-Dasar Perencanaan Skenario
Menurut Peter Schwartz, skenario adalah: A tool [for] ordering one’s perception about alternative future environments in which one’s decision might be played out right. Jadi, kurang lebihnya skenario adalah sebuah gambaran yang konsisten tentang berbagai kemungkinan (keadaan) yang dapat terjadi di masa yang akan datang. Jika kita melihat definisi di atas, maka dapat dijabarkan bahwa:
skenario bukanlah sebuah forecasting (ramalan) dalam pengertian bahwa skenario bukanlah sebuah proyeksi masa depan dari data yang ada pada masa kini. Skenario juga bukan merupakan sebuah visi (vision) atau kondisi masa depan yang diinginkan (a desired future). Jadi, skenario adalah jawaban dari pertanyaan "Apa yang dapat terjadi?", atau "Apa yang akan terjadi jika……..?". Hal tersebut dikarenakan dalam skenario dimasukkan unsur resiko, jadi berbeda dengan forecasting (ramalan) dan visionyang tidak memasukkan unsur resiko. Berikut adalah tabel perbandingan antara Skenario, Forecast dan Vision:
Sedangkan pengertian Scenario Planning menurut Schwartz adalah sebagai berikut: Scenario planning is an effective strategic planning tool for medium to long term planning under uncertain conditions.
Sedangkan menurut Mintzberg, Scenario Planning is future planning in an era when traditional strategic planning is obsolete. Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi dari Scenario Planningadalah untuk membantu membuat dan mempertajam suatu strategi. Bagaimana kita dapat membuat suatu skenario? Berikut adalah langkah-langkah dalam membangun sebuah skenario:
1. Identify Focal Issue (Focal Concern) or Decision, dimana kita harus mengidentifikasi isu utama atau masalah utama yang akan menjadi fokus untuk dijawab atau untuk diambil keputusannya.
2. Identify Key Forces. Di dalam langkah kedua ini, kita harus mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang diperkirakan akan mempengaruhi focal issue di masa yang akan datang.
3. Identify Driving Forces (change drivers). Di dalam langkah ini, kita harus mampu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong perubahan-perubahan yang berkaitan dengan key forces di atas. Secara umum, dalam konteks ilmu sosial dan ilmu politik, driving forces yang sering sekali teridentifikasi adalah faktor sosial, faktor politik dan faktor ekonomi.
4. Identifikasi Ketidakpastian (Identify Uncertainty). Di dalam langkah ini, kita harus mencoba mengidentifikasi ketidakpastian dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan ketiga driving forces di atas (sosial, politik dan ekonomi).
5. Selecting the Scenario Logic. Di dalam tahap ini, kita harus menyusun logika skenario melalui suatu penelitian kualitatif terutama melalui wawancara mendalam atau dengan melakukan Focus Group Discussion untuk mendapatkan suatu skenario dengan alternatif-alternatifnya secara logis.
6. Fleshing Out the Scenario. Tahap ini merupakan tahap penguatan scenario. Pada tahap ini, perumus skenario dapat menambahkan berbagai data sekunder dan trennya untuk memperkuat berbagai pendapat dari narasumber dan para ahli yang sudah didapat dan ditulis pada tahap sebelumnya.
Skenario yang telah terbentuk dengan berbagai alternatifnya ini kemudian digunakan untuk menggambarkan tantangan bagi suatu organisasi (Negara, Militer, Perusahaan, dll). Gambaran dari tantangan tersebutlah bersama-sama dengan penilaian terhadap kondisi organisasi yang ada dipakai untuk menetapkan suatu strategi (scenario planning) apa yang akan dibuat bagi kepentingan organisasi untuk tetap bertahan (exist), atau untuk dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dengan kata lain, jika skenario telah selesai dideskripsikan dan tantangan telah dirumuskan, maka langkah berikutnya adalah merumuskan strategi (scenario planning) yang harus dibangun dan dijalankan agar skenario buruk yang mungkin terjadi dapat dihindari. Contoh Skenario: Skenario RAND tentang Indonesia 2003
Berikut ini adalah contoh skenario tentang Indonesia di masa yang akan datang yang dibuat oleh RAND Corporation (Research and Development) pada tahun 2003 yang memperlihatkan sejumlah skenario yang mungkin muncul di Indonesia.
Sedikitnya terdapat 6 skenario yang dapat dibuat oleh RAND Corporation tersebut, masing-masing adalah: Democratic Consolidation, Muddling Through, Return to Authoritarian Rule, Radical Islamic Influence Or Control, Radical Decentralization (Federalism), Disintegration. Kesemua skenario ini dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan internasional dalam menentukan strategi investasi bisnisnya di Indonesia agar mereka survive.
1. Scenario Democratic Consolidation
Skenario ini menurut RAND merupakan skenario terbaik bagi Indonesia. Dapat terjadi jika Indonesia terus mengembangkan demokrasi yang bersifat sekuler; membuat sejumlah kemajuan yang signifikan pada sejumlah masalah ekonomi yang bersifat sangat krusial dan terus mengembangkan otonomi daerah yang memuaskan daerah tanpa kehilangan kontrol pemerintah pusat terhadap kebijakan ekonomi makro. Dalam hubungan sipil-militer terdapat kontrol sipil terhadap militer melalui menteri pertahanan dan parlemen. Jika pertumbuhan ekonomi dapat lebih baik dan berbagai sumber daya tersedia, maka berbagai pengeluaran militer dapat dibiayai dari APBN dan bukan dari sumber-sumber off-budget. Dalam waktu dekat sulit mengharapkan militer sepenuhnya keluar dari kegiatan ekonominya, namun pengelolaan bisnis militer dapat dilakukan secara lebih transparan.
2. Scenario Muddling Through
Skenario kedua ini dibangun dari berbagai tren yang ada dimana Indonesia terus melangkah dalam jalur demokrasi, namun gagal dalam menuai kemajuan yang signifikan secara ekonomi, politik dan reformasi militer.
3. Scenario Return to Authoritarian Rule
Skenario ini muncul jika scenario muddling through memburuk dimana secara ekonomi, politik dan sosial tidak terjadi kemajuan yang signifikan di Indonesia sehingga kekuatan lama yang otoriter dapat masuk lagi.
4. Scenario Radical Islamic Influence Or Control
Menurut RAND, Pengambilalihan pengaruh politik yang didasarkan oleh pemikiran kelompok Islam radikal di Indonesia merupakan sebuah skenario yang mungkin terjadi, namun merupakan skenario dengan tingkat kemungkinan kecil. Tren radikalisme terlihat pada sejumlah kelompok kecil, namun sebagian besar (mayoritas) umat Islam di Indonesia justru mempunyai sikap moderat dan tidak mendukung radikalisme.
5. Scenario Radical Decentralization
Dalam skenario ini, digambarkan adanya tekanan dari daerah yang mengakibatkan Pemerintah Pusat menjadi lemah dan dapat mengakibatkan otonomi khusus yang diberikan kepada Aceh dan Papua direplikasikan ke seluruh daerah lainnya di Indonesia. Pada akhirnya dapat saja kekuasaan Pemerintah Pusat menjadi sangat terbatas hanya pada 5 bidang kewenangan saja. Negara Indonesia seperti ini akan menjadi Negara yang lemah, tidak stabil.
6. Scenario Disintegration
Skenario ini merupakan skenario terburuk bagi Indonesia. Skenario ini dapat terjadi jika Pemerintah Indonesia semakin lama semakin lemah dan muncul kondisi keos. (chaotic conditions). Pemerintah daerah pun merasa tidak ada gunanya lagi mempunyai hubungan yang baik dengan Pemerintah Pusat di Jakarta. Skenario ini juga dapat terjadi jika terjadi perpecahan dalam tubuh militer. Hal ini sangat mudah menjalar ke dalam masyarakat sipil yang juga mempunyai potensi perpecahan. Disintegrasi dapat terjadi bila ada kekacauan berskala besar. Ini merupakan skenario yang harus kita antisipasi & cegah sejak dini. Setiap gejala-gejalanya harus kita tanggulangi sejak sekarang, secara cepat dan bijak.
Dari uraian dan contoh di atas, mungkin dapat kita terapkan dalam membangun skenario Pertahanan Indonesia di masa depan sehingga kita betul-betul dapat membuat suatu strategi yang handal agar skenario terburuk dapat terhindari dan skenario terbaik untuk pertahanan negara dapat terwujudkan.
Oleh: Letkol Laut (K) dr.Wiweka, Kadiskes Lantamal XI - Merauke, Anggota Dewan Penasehat Harian TANDEF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar