Image via Wikipedia
Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Al abbas Asyafi’i al Quraisyi, dilahirkan di Ghazzah, Pakistan tahun 150 H. pada waktu umur dua tahun dibawa ibunya ke Makkah, dibesarkan di sana dalam keadaan yatim, dan hafal Al-qur’an di waktu kanak-kanak kemudian ke luar kampung Badui menghafal syair dan belajar bahasa, setelah itu mempelajari hadits dan fiqh, dan hafal kitab Muwaththo’ serta diizinkan oleh gurunya yaitu Muslim bin Kholid Azzinji untuk berfatwa di bidang fiqh, sedang umur beliau baru menginjak dua puluh atau lima belas tahun.
Untuk mendalami ilmunya Imam Syafi’i sering berpergian belajar ke beberapa kota, umpanya ke Yaman dan Bahgdad. Beliau pulang balik ke baghdad sebanyak tiga kali, pertama tahun 184 H. kemudian tahun 195 H. di mana mendiktekan buku-bukunya yang ditulis dalam Qaul Qodhim, dan yang ketiga pada tahun 198 H.Setelah itu beliau pergi ke Mesir dan singgah di kota fusthot (sekarang Cairo) pada tahun 200 H menjadi tamu kehormatan Ibnul Abdil Hakam al Malik. Di Mesir beliau mendiktekan Qaul Jadidnya kepada murid-muridnya.
Imam Syafi’i adalah satu-satunya Imam yang menyebarkan madzhabnya sendiri, menulis bukunya sendiri dan mendiktekannya sendiri kepada murid-muridnya. Imam-Imam lain tidak ada yang demikian.
Pokok-Pokok ajaran Imam Syafi’i
Imam Syafi’i telah berhasil menyatukan cara ahli ra’yu dan cara hadits, sehingga madzhabnyapun menjadi penengah antara madzhab Hanafi dan Maliki. Imam Syafi’i menuliskan pokok-pokok madzhabnya di dalam bukunya Ar Risalah yang intinya sebagai berikut:
1. Berhujjah dengan lahir nash Al-Qur’an kecuali bila ada dalil yang mengharuskan meninggalkan lahir nash tersebut.
2. Kemudian berhujjah dengan sunnah Nabawiyah, beliau menggunakan hadits ahad selagi perawinya tsiqoh (terpercaya) dan dlobith (mantap hafalannya) dan muttasil sampai kepada Rosulullah SAW.
3. Kemudian berhujjah dengan ijma’
4. Kemudian berhujjah dengan qiyas, bila terdapat pokok hakekat dalam menggunakan qiyas, menolak istihsan yang dipergunakan dalam menggunakan qiyas, menolak Maslahah Mursalah yang dipakai oleh Malik. Akan tetapi beliau menggunakan istidlal.
Karangan-karangan Imam Syafi’i
Tidak terhitung jumlah murid-murid dan pengikut Imam Syafi’i yang belajar ilmu darinya, ada yang di Hijaz, Iraq, Mesir, dan negara-negara Islam Lainnya. Di antara murid-muridnya adalah : Akhmad bin Hambal pendiri Madzhab Hambali, daud Al Dzahiri pendiri madzhab Dzagiri, Abu Tsur dan Ibnu Jarir At Thabari.
Di antara murid-murid dari Mesir yang menuntut ilmu kepada beliau dan mengambil madzhabnya :
1. Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya Al buwaithy.
Dulunya terbilang paling lambat dalam belajar ketimbang yang lain. Murid dan pengikut Syafi’i yang terbesar. Imam Syafi’i sering menyandarkan kepadanya suatu masalah dan menunjuknya sebagai pimpinan murid-muridnya setelah Imam meninggal. Al Buwaithy meningga tahun 231 H.
2. Abu Ibrahim Isma’il bin Yahya Al Muzni.
Dibesarkan di tengah-tengah kalangan ilmu dan riwayat hadits. Ketika Imam Syafi’i datang ke Mesir beliau belajar fiqh kepada Imam sampai matang, beliau menyusun banyak karangan sekitar Madzhab Syafi’i. Meninggal tahun 264 H.
Tersebarnya Madzhab Syafi’i
Madzhab Syafi’i dipergunakan di Mesir semenjak beliau ada di Mesir sampai berkuasanya Daulat Fathimiyah yang menggugurkan penggunaan berbagai madzhab. Akan tetapi pada masa Daulah Ayubiyah Madzhab Syafi’i kuat kembali dan dijadikan madzhab negara.
Pengikut Madzhab Syafi’i banyak tersebar di Syiria, Libanon khususnya kota Bairut, di Iraq, India, china, penduduk-penduduk Iran dan Yaman yang menganut Ahli Sunnah. Madzhab Syafi’i adalah madzhab mayoritas di Indonesia dalam hal ibadat dan mu’amalat, madzhab ini juga terdapat di Sailan, Filipina, Hijaz dan sebagainya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar